Kamis, 15 September 2016

Sering Bantu Warga Mencari Keadilan, Yusril Dinilai Bisa Menjadi Pemimpin Adil


Soeara Rakjat, IndonesiaNama Yusril Ihza Mahendra, tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Sebagai praktisi dan pakar Hukum Tata Negara, kapasitas Yusril sudah sangat mumpuni dan membumi.

Yusril sudah berkecimpung dalam pemerintahan Indonesia sejak zaman Orde Baru, sejak masa kepemimpinan Jenderal Soeharto. Sebagai advokat profesional, Yusril pun masih sempat untuk memberi sumbangsih dan pemikirannya terhadap negara.

Belakangan ini, Yusril kerap hadir di tengah-tengah warga DKI Jakarta, yang sedang terbelit masalah khususnya penggusuran. Yusril hadir sebagai kuasa hukum bagi warga guna mendapat keadilan dan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia.

Beberapa waktu yang lalu Yusril bersama warga Bidaracina berhasil mengalahkan Pemprov DKI di PTUN. Yang terakhir adalah pembebasan Yulius Paonganan atau Ongen, sang 'tersangka' penghinaan terhadap kepala negara Indonesia.

Lalu untuk apa Yusril melakukan itu semua, untuk materikah, untuk bayaran profesi seorang pengacara, ataukah mencari panggung politik di tengah warga Jakarta ? Mungkin akan banyak yang berkata dan bertanya sedemikian rupa.

Sebagai seorang pakar hukum, tentu segala peristiwa yang ada di sekitarnya terutama Jakarta akan menjadi panggilan jiwanya. Seperti halnya Netizen di ranah maya, baik yang memuji atau mengkritisi pemerintah, semua itu hanya panggilan jiwa tanpa bayaran sepeserpun. Semua hanya bentuk kepedulian kita terhadap negara.

Seorang pengacara memang sudah selayaknya membela siapapun untuk mendapatkan keadilan. Jangankan warga yang tertindas dan benar-benar membutuhkan keadilan, seorang 'penjahat' saja tentu memiliki hak yang sama di mata hukum sebagai warga negara.

Yang paling Fenomenal  adalah kehadiran Yusril di tengah warga Luar Batang. Luar Batang sendiri adalah kawasan cagar budaya, yang memiliki sejarah panjang dan turut mewarnai perjuangan Ibukota di masa lalu. Tak ayal, Yusril dan tokoh-tokoh besar pun hadir di Luar Batang,

Belakangan Gubernur DKI berstatement bahwa kampung Luar Batang secara 'Arkeologi' tidak tercatat dalam sejarah. Namun Ahok juga lupa, bahwa gedung-gedung mewah di pulau buatan hasil reklamasi juga justeru tidak memiliki nilai Historis samasekali.

Tak bisa di pungkiri bahwa Luar Batang adalah salah satu kampung bersejarah, Luar Batang adalah salah satu pusat Syiar Islam di Jakarta sejak abad 18 silam. Apakah para Konglomerat yang 'berkuasa' di Jakarta Utara, menyulap rawa-rawa dan pesisir dengan gedung pencakar langit itu juga memiliki sejarah ? Sepertinya tidak.

Yusril Ihza Mhd : 

Yusril : Ongen Kini Sudah Bebas 
Santai,  Yusril Makan Di Warteg

Warga miskin DKI, kini hampir tak punya ruang lagi. Mereka akan 'terpaksa' untuk tinggal di rusun yang berdesakan dan berhimpitan tanpa ada kejelasan akan kepemilikan baik itu lahan maupun bangunan. 

Konon pemerintah tidak perlu memiliki sertifikat tanah untuk bisa mendirikan dan mendayagunakan baik itu lahan maupun bangunan. Namun pemerintah lupa bahwa Rakyat Indonesia lah yang secara konstitusi memiliki kedaulatan di negara ini.

Jika rakyat terus menerus di 'pinggirkan' lalu di mana letak keadilan, seperti yang tertuang dalan Pancasila maupun UUD 1945. Tanpa rakyat, toh pemerintah juga bukan siapa-siapa, karena sejatinya pemerintah seharusnya ada dan hadir untuk kepentingan rakyatnya.

Ketidaktahuan dan keawaman kita sebagai warga negara akan persoalan hukum, tentunya membutuhkan pendampingan. Banyak warga yang kemudian berharap agar Yusril Ihza Mahendra tetap Istiqomah membantu warga dan bukan hanya aksi sesaat saja. BDLV/TM


SUMBER BERITA : SUARA RAKJAT